Ta'aruf (Part 2)

3/29/2016 Ayu Andira 0 Comments

Assalamualaikum.

Lanjut ngebahas soal ta'aruf, di post pertama gue belom sempet cerita tentang kisah gue yang kekeuh banget pengen ta'aruf-an ini. (Insya Allah)

Setelah berhijab, gue semakin amat yakin dengan semua ketetapan Tuhan.
termasuk dalam larangannya untuk tidak berpacaran.

"Teteh lagi deket sama cowok tuh ka."
"oh ya, siapa?" Jawab kaka ipar gue

Gue cuman cengengesan aja.
Gue emang udah keliatan lama banget kayak nya ga pernah bawa pacar kerumah, dan ngeliatin ke keluarga gue. karna gue LDR-an waktu itu. jadi keliatan nya kayak jomblo aja gitu.
Dan itu bikin, Nyokap, Kakak-Kakak gue pada penasaran siapa sih pacar gue ini sekarang?

Gue pernah dengan isengnya bilang sama mereka minta dicariin dan pengen ta'arufan.
Tapi kayaknya mereka rada gak percaya gitu sih sama omongan gue itu, selain gue ngomongnya sambil cengengesan, mereka juga tau banget gue kaya gimana.

"Emang kamu yakin mau ta'aruf? Ta'aruf itu ga boleh pegangan tangan loh yu, ga boleh glendotan, ga boleh jalan cuman berdua."

"Hah? seriously?" gue sok kaget padahal mah emang udah tau

Tapi dengan reaksi gue yang seperti itu, gue juga jadi ragu dengan niat gue itu.

Hmm, bisa ga ya gue?

Saat ini, gue memang lagi deket dengan seorang pria. dalam masa perkenalan ini gue sangat-sangat berhati-hati.
Gue ga mau salah lagi,
Gue serahin semua ini sama yang kasih gue jalan untuk bertemu. siapa lagi selain Allah SWT.

Dalam kisah ini, entah kenapa gue ngerasa galau abis.
Yang bikin gue galau adalah, dia berhasil bikin gue nyaman, berhasil bikin gue berharap.
Padahal, gue menghindari itu semua. gue ga mau berharap terlalu banyak sama seseorang, gue selalu mencoba nahan semua ego gue.

He's nice guys and i like him.

Singkat cerita, dia udah ungkapin perasaannya sama gue.
Dan salahnya gue, gue labil gue gatau mesti gimana.
Hati,logika,hawa nafsu dan sisi solehah gue kaya lagi perang.
Hati gue berkata gue pengen memilikinya, tapi logika gue mengatakan gue harus tahan ini semua karna gue ga mau mengotori perasaan gue ini yang akan dipenuhi nafsu.

But its too late.
Gue udah terlalu banyak kasih harapan sama dia.
Dan pada akhirnya, mungkin salah satu dari kita akan ada yang terluka. atau malah sama-sama terluka.

One day, akhirnya dengan kekacauan hati yang lumayan banget gue menyampaikan apa yang memang udah jadi komitmen gue.
Gue mau ta'aruf.

Gue gatau perasaan dia gimana, atau mungkin dia menyangka gue cuman ngarang cerita untuk menghindarinya.
Tapi masa bodo apa kata orang, gue cuman mau jaga ini semua sampai waktu yang tepat.
Gue mau mulai patuh sama perintahNya. Gue percaya janjiNya.

Setelah pembicaraan itu, dia menghilang dari hidup gue.
Gue merasa sesuatu yang tadinya sering terjadi kini menghilang.
dia yang sering nyapa gue setiap pagi, mencoba menghbur gue, selalu bercerita tentang kegiatannya, dan mengingatkan gue tentang hal baik kini hilang.
Entah gue rindu, atau gue hanya merasa kehilangan dari kebiasan-kebiasan itu.

And now, im so confused of my feeling.

Setelah gue curhat sama adek gue, dengan segala kerisauan gue.
Gue lega, adek gue memang adik, dan sahabat terbaik gue.
Now, gue cuman perlu yakin sama apa yang gue lakuin ini adalah benar. dan dia pergi karna dia tidak siap akan hal itu. ya dia ga siap gue ajak ta'aruf..

"Kadang, orang yang hadir dalam hidup mu gak selalu karna Tuhan menjawab doa mu. bisa saja Tuhan sedang menguji seberapa besar niat mu untuk berubah"

Gue buru-buru istigfar dan alhamdulillah semua nya sekarang terasa melegakan.
Gue udah ikhlas.

Di dunia ini gak pernah ada yang sia-sia, semua yang hadir di hidup gue walaupun sementara itu pasti untuk mengajarkan suatu hal.

Terimakasih, karna mu gue semakin yakin dengan niat gue untuk berta'aruf.
Entah dengan siapa kelak,
I Willl marry the right person, with the right reason, and with God's Permission. :)


0 comments: